Friday, June 15, 2007

Adab Berjalan ke Masjid

 
Kontribusi dari Cyber Muslim
 
Hadits Pertama. Dari Abu Qatadah, ia berkata : Tatkala kami sedang shalat bersama Nabi SAW, tiba-tiba beliau mendengar suara berisik orang-orang (yang datang). Maka ketika Nabi telah selesai shalat, ia bertanya :
Ada apa urusan kamu tadi (berisik) ?.
Mereka menjawab : Kami terburu-buru untuk turut (jama`ah),
Nabi SAW berkata :
Janganlah kamu berbuat begitu !. Apabila kamu mendatangi shalat, hendaklah kamu berlaku tenang ! Apa yang kamu dapatkan (dari shalatnya Imam), maka shalatlah kamu (seperti itu) dan apa yang kamu ketinggalan, sempurnakanlah ! (Hadits riwayat : Ahmad, Muslim dan Bukhari).

Hadits Kedua. Dari Abu Hurairah dari Nabi shalallahu 'alahi wa sallam beliau bersabda: Apabila kamu mendengar iqamat, maka pergilah kamu ke tempat shalat itu, dan kamu haruslah berlaku tenang dan bersikap sopan/terhormat, dan janganlah kamu tergesa-gesa, apa yang kamu dapatkan (dari shalatnya Imam), maka shalatlah kamu (seperti itu) dan apa yang kamu ketinggalan sempurnakanlah. (Hadits riwayat : Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, Nasa`i & Ahmad).
Kedua hadits ini mengandung beberapa hukum :
Kita diperintah berlaku tenang dan bersikap sopan/terhormat apabila mendatangi tempat shalat/masjid. Kita dilarang tergesa-gesa/terburu-buru apabila mendatangi tempat shalat, seperti berlari-lari, meskipun iqamat telah dikumandangkan. Kita dilarang berisik apabila sampai di tempat shalat, sedang shalat (jama`ah) telah didirikan. Ini dapat mengganggu orang-orang yang sedang shalat jama`ah. Imam masjid perlu menegur (memberikan pelajaran/nasehat) kepada para jama`ah (ma`mum) yang kelakuannya tidak sopan di masjid, seperti berisik, mengganggu orang shalat, melewati orang yang sedang shalat, shaf tidak beres, berdzikir dengan suara keras, yang dapat mengganggu orang yang sedang shalat atau belajar atau lain-lain.

Apa yang kita dapatkan dari shalatnya Imam, maka hendaklah langsung kita shalat sebagaimana keadaan shalat Imam waktu itu. Setelah Imam selesai memberi salam ke kanan dan ke kiri, barulah kita sempurnakan apa-apa yang ketinggalan.
Diantara hikmahnya kita diperintahkan tenang dan sopan serta tidak boleh tergesa-gesa, Nabi shalallahu 'alahi wa sallam pernah bersabda: Karena sesungguhnya salah seorang diantara kamu, apabila menuju shalat, maka berarti dia sudah dianggap dalam shalat. (Hadits riwayat : Muslim).
Periksa :
Shahih Muslim 2 : 99,100.
Shahih Bukhari 1 : 156.
Subulus Salam (syarah Bulughul Maram) 2 : 33, 34.
Nailul Authar (terjemahan) 2 : 781.
koleksi hadits hukum, Ustadz Hasbi 4 : 27.
Fiqih Sunnah.
Hadits Ketiga. .....Kemudian muadzin adzan (Shubuh), lalu Nabi shalallahu 'alahi wa sallam keluar ke (tempat) shalat (masjid), dan beliau mengucapkan: ALLAHUMMAJ `AL FI QALBY NUURAN dan seterusnya (yang artinya) : Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya, dan didalam ucapakanku cahaya, dan jadikanlah pada pendengaranku cahaya, dan jadikanlah pada penglihatanku cahaya, dan jadikanlah dari belakangku cahaya dan dari depanku cahaya, dan jadikanlah dari atasku cahaya, dan dari bawahku cahaya, ya Allah berikanlah kepadaku cahaya. (Hadits riwayat : Muslim & Abu Dawud).
Keterangan :
Hadits ini diriwayatkan dari jalan Ibnu Abbas ra yang menerangkan tentang shalat Nabi SAW diwaktu malam (shalat ullail).
Hadits ini menyatakan : Disukai kita mengucapkan do`a di atas di waktu pergi ke Masjid.
Periksa : Tuhfatudz Dzakirin hal : 93, Imam Syaukani. Al-Adzkar hal : 25, Imam Nawawi. Fathul Bari` 11 : 16, Ibnu hajar.
Aunul Ma`bud (syarah Abu Dawud) 4 : 232. Syarah shahih Muslim 5 : 51, Imam Nawawi.Hadits Keempat. Dari Abi Humaid atau dari Abi Usaid, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shalallahu 'alahi wa sallam : Apabila salah seorang kamu masuk masjid, maka ucapkanlah : ALLAHUMMAF TAHLI ABWAABA RAHMATIKA (Ya Allah, bukakanlah bagiku pintu-pintu rahmat-Mu). Dan apabila keluar (dari masjid), maka ucapkanlah : ALLAHUMMA IN-NI AS ALUKA MIN FADLIKA (Ya Allah, sesungguhnya aku minta kepada-Mu dari karunia-Mu). (Hadits riwayat : Muslim, Ahmad & Nasa`i).
Hadits ini menyatakan :
Disunahkan kita mengucapkan do`a di atas apabila masuk ke masjid dan keluar dari padanya.
Periksa : Shahih Muslim 2 : 155. Sunan Nasa`i 2 : 41. Fathur Rabbani 3 : 51,52 Nomor hadits 314. Al-Adzkar hal : 25.
Hadits Kelima. Dari Abdullah bin Amr bin Ash dari Nabi shalallahu 'alahi wa sallam, bahwasanya Nabi shalallahu 'alahi wa sallam, apabila masuk masjid, beliau mengucapkan : `AUDZU BILLAHIL `AZHIMI WABIWAJHIHIL KARIIMI WA SULTHANIHIL QADIIMI MINASY SYAITHANIR RAJIIM (Aku berlindung kepada Allah yang Maha Agung dan dengan wajah-Nya yang Mulia serta kekuasaan-Nya yang tidak mendahuluinya, dari (gangguan) syaithan yang terkutuk). Nabi SAW berkata : Apabila ia mengucapkan demikian (do`a di atas), syaithanpun berkata : Dipeliharalah ia dari padaku sisa harinya. (Hadits riwayat Abu Dawud).
 
http://www.mediamuslim.info Powered by Moslem Engineering!!

Sangkan Paraning Dumadi

Dari mana anda datang?
Minallah, dari Allah

Akan kemana anda pergi?
Ilallah, menuju Allah.

Bersama siapa anda pergi?
Ma'allah, bersama Allah.

Di jalan apa yang anda tempuh?
Fi sabilillah, di jalan Allah.

Anda sebenarnya milik siapa?
Inna lillah, kami sesungguhnya milik Allah.

Kepada siapa anda kembali?
Ilaihi roji'un, kepada-Nya (Allah) kami kembali.

Kepada siapa anda beriman?
Amantu billah, saya beriman kepada Allah.

Kepada siapa anda berserah diri?
Aslamtu lillah, berserah diri kepada Allah.

Kepada siapa anda beribadah/mengabdi?
A'budullah, saya mengabdi kepada Allah.

Kepada siapa anda mohon perlindungan?
A'udzu billah, saya berlindung kepada Allah

Kepada siapa anda tawakkal?
Tawakaltu'alallah, bertawakal kepada Allah.

Atas nama siapa anda beramal kebajikan?
Bismillah, atas nama Allah.

Kepada siapa anda bersyukur?
Alhamdu lillah, segala puji bagi Allah.

Untuk siapa anda hidup?
Lillah, untuk Allah

Darimana datangnya rahmat dan hidayah?
Min'indillah, dari sisi Allah

Dalam hidup apa yang sebenarnya anda cari?
Mardhatillah, saya mencari ridho Allah

Thursday, June 14, 2007

Konspirasi 11 September

DALAM penerbangan pulang ke Indonesia dari Berlin, saya membaca sebuah buku Verschwoerungen, Verschwoerungstheorien und Geheimnisse des 11.9. (Konspirasi, Teori Konspirasi dan Rahasia 11 September). Terbit awal September 2002, buku ini diduga akan menjadi best seller, tidak hanya di Jerman.
Penulisnya, Andreas Broeckers, yang dikenal sebagai penulis ilmiah, wartawan, dan mantan penanggung jawab rubrik budaya sebuah harian terkenal di Jerman berasumsi, "Tanggal 11 September 2001, bukan hanya hari ketika terjadi sebuah aksi teror yang sangat kejam dan mengerikan, tetapi juga menyimpan berbagai kejanggalan yang bizarre, latar belakang yang disembunyikan, kontroversi yang fantastik, dan cerita berbagai operasi strategis intelijen". Apa pasal? Broeckers adalah seorang investigator.
Dalam bukunya, ia "melawan" pendapat umum yang terbentuk lewat arus utama pemberitaan yang memperoleh pasokan data resmi. "Setelah aksi polisi terbesar sepanjang sejarah", demikian Broeckers pada akhir bukunya, "bukti-bukti yang dikumpulkan tentang keterlibatan Osama bin Laden dan Al Qaeda, beberapa jam setelah kejadian dan satu tahun kemudian masih sama, nyaris tidak ada". Ia lalu bertanya, siapa yang memperoleh keuntungan dan patut diduga terlibat dalam aksi teror yang menewaskan ribuan jiwa itu. Bukan untuk mengedepankan sebuah teori konspirasi baru, tetapi agar cara berpikir konspiratif yang mewabah saat ini menjadi produktif lewat keraguan ilmiah. Karena, "Tanpa sebuah teori konspirasi yang balance, sulit memahami dunia saat ini yang sangat kompleks dan penuh konspirasi". Sebagai bagian masyarakat dunia, menjadi penting bagi kita untuk bertanya seberapa jauh informasi dan asumsi "lain" tentang latar belakang aksi teror 11 September, bisa menjadi bahan pertimbangan dalam upaya memahami "nafsu perang" kelompok keras dalam Kabinet Bush untuk membasmi terorisme internasional.
KETIKA 7.12.1941, bagaikan terbangun dari "mimpi di siang bolong", pesawat tempur Jepang menyerang Pearl Harbor, seluruh rakyat AS bersatu padu dan amat marah (indignation) terhadap Kekaisaran Matahari Terbit. Saat ini, para ahli sejarah mengatakan, sebenarnya Presiden Roosevelt sejak awal mengetahui rencana penyerangan itu. Bahkan, konon, dialah yang memprovokasi Jepang. Roosevelt ingin terlibat Perang Dunia II, padahal, hingga Pearl Harbor, mayoritas rakyat AS (88 persen) tidak sepakat denganmaksud itu. Ketika 11 September 2001, bagaikan "mimpi di siang bolong", empat pesawat terbang sipil berpenumpang "menyerang" gedung kembar WTC (World Trade Center) dan Pentagon, komunitas masyarakat beradab AS dan seluruh dunia amat marah atas perbuatan biadab itu. Pelaku danmusuh pun langsung diidentifikasi, Osama bin Laden dan kelompok Islam fundamentalis Al Qaeda. George W Bush mengumumkan Perang Dunia melawan "Terorisme Internasional". Tanpa 11 September, aksi itu kurang mendapat dukungan. Kini cukup banyak indikasi, Pemerintah AS sebenarnya telah mempunyai informasi tentang rencana teror itu.
Sejak awal, Broeckers curiga terhadap penilaian seragam media massa (mainstream) atas kejadian itu. Serempak, termasuk media massa dengan reputasi internasional dan biasanya bersikap kritis, seakan menjadi "juru bicara" Gedung Putih. Dalam mencari informasi lebih luas dan alternatif, dari hari ke hari Broeckers melanglang buana di Internet sambil meluncurkan "mesin investigatif" yang bermuatan berbagai pertanyaan baru. Dalam pencariannya, selama berbulan-bulan ia menyediakan online magazine "telepolis" sebagai notulensi investigasi yang telah diklik oleh jutaan pengunjung serta memicu diskusi dan debat panas dan produktif.
Apakah sejak 11 September, dunia tidak seperti sebelumnya? Kenyataannya, banyak kejadian yang lain sama sekali. Ambil contoh, kakek Prescott Bush mendanai dan mendukung Hitler, sebelum Hitler digilas tentara AS. Anaknya, George Bush, saat menjadi orang nomor satu di CIA, mempersenjatai Saddam Husein, untuk kemudian sebagai Presiden AS menggempurnya dalam Perang Teluk. Perusahaan minyak pertama milik cucunya, George W Bush yang kini Presiden AS, ternyata memperoleh penghasilan dari dagang dengan keluarga besar Bin Laden.
Osamah bin Laden, demikian Broeckers, adalah produk intelijen AS yang didukung penuh sebagai kelompok teror melawan Uni Soviet. Pada Januari 2001, pemerintahan Bush yang baru dibentuk melarang FBI dan CIA menghentikan menyidikan terhadap klan Bin Laden. Menurut harian Perancis Le Figaro, pada Juli 2001, seorang utusan CIA menjenguk Bin Laden yang dirawat di rumah sakit AS di Dubai.
Lalu, simak data berikut. Jenderal Mahmud Ahmed, Kepala Dinas Intelijen Pakistan (ISI), yang berkolaborasi erat dengan CIA, pada Juli 2001 mentransfer uang sebesar 100 ribu dollar AS kepada "pilot teroris" Muhammad Atta. Selain itu, dari tanggal 4 hingga 19 September 2001, Jenderal Mahmud Ahmed melakukan kunjungan resmi ke AS dengan tujuan "Pembicaraan tentang Taliban". Tanggal 11 September 2001, ia bersantai makan pagi di Capitol Hill dengan dua orang ketua divisi intelijen AS.
Pada hari itu, meski Komandan Angkatan Udara AS mengetahui pembajakan empat pesawat yang melaju mendekati daerah larang terbang (no fly areas), toh dibutuhkan waktu lebih 75 menit sebelum pesawat pemburu diizinkan take off untuk menghalang-halangi. Terlambat. Dari berbagai informasi yang diperoleh, Broeckers menjadi kian curiga, karena banyak menemukan bolong dan tidak sinkronnya detail dalam versi resmi peristiwa 11 September. Ia bertanya, mengapa, misalnya, hubungan radio dengan tower dan informasi dari kotak hitam (flight recorder), tidak dipublikasikan? Lalu, mengapa nama 19 pembajak tidak ditemukan dalam daftar penumpang? Dan lima tersangka pelaku pembajak bunuh diri itu ternyata sehat walafiat. Mengapa tidak ada foto atau video yang merekam bangkai pesawat yang dikabarkan menghunjam Pentagon?
Mengapa bangkai pesawat lainnya berserakan dengan jarak puluhan mil satu dari lainnya? Apakah pesawat itu jatuh ditembak? Apa pula alasan pengunduran diri John O'Neill, ketua tim penyidik Bin Laden, delapan minggu sebelum 11 September? Apa saja hubungan bisnis langsung keluarga Bush dan Bin Laden? Kepentingan bisnis apa yang dimiliki Halliburton, perusahaan milik Wakil Presiden Cheney dalam proyek pipa gas di Afganistan? Mengapa pada Juli 2001 dilakukan perundingan rahasia dengan Pemerintah Taliban tentang pembangunan saluran gas itu? Mengapa penyidikan FBI terhadap beberapa murid sekolah penerbangan yang dicurigai, dihentikan oleh Gedung Putih? Mengapa Bush dan Cheney menekan pemimpin oposisi Dashley untuk menghindari rencana Kongres melakukan "penelitian mendalam" tentang peristiwa 11 September?
Berbagai pertanyaan dan kecurigaan yang menggantung itu membutuhkan klarifikasi. Jawaban benar atasnya layak diketahui tidak hanya oleh keluarga puluhan ribu korban tak berdosa di New York dan di Afganistan, tetapi juga oleh dunia. Agar nanti tidak menjadi ganjalan dalam sejarah anak manusia. Atau, kebenaran atasnya baru terungkap jauh di kemudian hari dan sekadar menjadi catatan buram sejarah peradaban. Bagi AS, klarifikasi atas semua pertanyaan dan kecurigaan itu kini amat penting, terutama untuk memperkuat legitimasi kepemimpinannya dalam memerangi terorisme internasional. Sesuatu yang, seharusnya, relatif mudah bagi negara yang dijuluki "Kampiun Demokrasi".
--DR IVAN A HADAR, Presiden IDe (Indonesian Institute for Democracy Education)

RENUNGAN DIRI

Assalamu'alaikum wr wb,
Semoga renungan-2 berikut ini, bermanfaat buat saya dan ikhwan/akhwat rohimakumullah...
Rasulullah SAW bersabda kepada menantunya, Ali r.a.
" Wahai 'Ali, setiap sesuatu pasti ada penyakitnya.
Penyakit bicara adalah bohong, penyakit ilmu adalah lupa,
penyakit ibadah adalah riya',
penyakit akhlaq mulia adalah kagum kepada diri sendiri,
penyakit berani adalah menyerang,
penyakit dermawan adalah mengungkap pemberian,
penyakit tampan adalah sombong,
penyakit bangsawan adalah membanggakan diri,
penyakit malu adalah lemah,
penyakit mulia adalah menyombongkan diri,
penyakit kaya adalah kikir,
penyakit royal adalah hidup mewah, dan
penyakit agama adalah nafsu yang diperturutkan....
Ketika berwasiat kepada 'Ali bin Abi Thalib r.a.
Rasulullah SAW bersabda : "Wahai 'Ali, orang yang riya' itu punya tiga ciri, yaitu :
1. rajin beribadah ketika dilihat orang,
2. malas ketika sendirian dan
3. ingin mendapat pujian dalam segala perkara.
Wahai 'Ali, jika engkau dipuji orang, maka berdo'alah :
" Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik daripada yang dikatakannya, ampunilah dosa-2ku yang tersembunyi darinya, dan janganlah kata-2nya mengakibatkan siksaan bagiku..."
Ketika ditanya bagaimana cara mengobati hati yang sedang resah dan gundah gulana, Ibnu Mas'ud r.a berkata :" Dengarkanlah bacaan Al-Qur'an atau datanglah ke majelis-2 dzikir atau pergilah ke tempat yang sunyi untuk berkhalwat dengan Allah SWT. Jika belum terobati juga, maka mintalah kepada Allah SWT hati yang lain, karena sesungguhnya hati yang kamu pakai bukan lagi hatimu..."

Terpukau Ilmu dan Kedermawaan

Melihat kebesaran orang lain tak selamanya dilarang. Ada kalanya kita harus menengok dan melihat kebesaran itu. Untuk kepentingan dan mashlahat yang dibenarkan.
Ilmu dan kedermawaan. Dua hal penting yang harus kita inginkan ada pada diri kita. Sebagaimana disabdakan Nabi,"Diperbolehkah hasad pada dua hal:
1. Seseorang yang diberikan harta yang selalu diinfakkannya.
2.Dan seseorang yang diberikan ilmu, dia mempergunakan ilmu tersebut dan mengajarkannya kepada orang lain."(HR. Bukhari dan Muslim dariAbdullah bin Mas'ud)
Kita tentu sering melihat orang yang hebat di bidang keilmuannya. Hati ini harus tergerak untuk mengikuti langkahnya. Mempelajaribagaimana ia bisa sampai pada posisi keilmuan yang tinggi. Bagaimana penemuan demi penemuan bisa lahir dari otaknya.
Kehebatan Imam Adz-Dzhabi dalam bidang hadits dan sejarah membuat IbnuHajar terpukau. Kecerdikan dan kepandaian serta hafalan yang kuat mencuatkan nama Adz-Dzahabi pada urutan orang-orang besar. Demi mengejar rasa ingin menjadi seperti idolanya, Ibu Hajar mendatangi sumber air zam-zam. Diambilnya segelas air yang pernah dianjurkan oleh nabi untuk berdo'a apa saja sebelum meminumnya. Ibnu Hajar lebih memilih untuk bisa mempunyai hafalan sekuat hafalan idolanya tersebut. Dari sinilah kemudian sejarah mencatat bahwa akhirnya IbnuHajar pun menjadi ulama besar yang meninggalkan karya-karya yang tak ternilai harganya.
Lebih spesifik lagi adalah ilmu Alqur'an. Inilah ilmu terbaik dan tertinggi. Dilihat dari kebenarannya yang mutlak. Sumber segala ilmu dan pengetahuan. Penuntun manusia menuju keselamatan di dunia ini dan di akhirat kelak.
Kita harus merasa 'iri' melihat mereka yang dimuliakan Allah dengan ilmu Al-Qur'an. Mampu membacanya dengan benar sesuai kaidah tajwidnya. Mampu menghafalnya. Dan yang lebih penting lagi mampu menterjemahkannya dalam kehidupan. Kemudian mengajarkannya kepada orang lain. Dalam riwayat lain, ilmu yang dimaksud dalam hadits di atas adalah ilmu Al-Qur'an.
Demikian juga dengan kedermawanan. Ketika kita melihat orang lain diberi kekayaan yang melimpah, lalu orang itu mendermakan kekayaannya itu di jalan Allah. Bahkan ada sebagian orang yang merasa gelisah bila harinya tidak dilalui dengan membagi kebahagiaannya kepada orang lain. Karena ia terbiasa menikmati kebahagiaan dirinya bersama orang lain. Kepada mereka-mereka itu kita boleh 'silau' dan 'iri'.
Jiwa ini perlu dilatih. Kalau pun belum sanggup untuk melaksanakannya hari ini, latihlah untuk memiliki rasa salut terhadap dua sumber kesilauan itu: kaya tapi dermawan, atau pintar dan mengajarkan. Paling tidak ada keinginan kuat untuk berbuat jika diberi kemampuan sepertiorang yang kita kagumi tersebut. Rasa keterpukauan yang tinggi akanmelahirkan niat untuk mengikutinya. Niat kuat inilah yang akanmembentuk fisik ini kuat untuk menempuh jalan menuju ke sana. Kalaupun ternyata kita tidak mampu mencapai tingkat kedermawanan danilmunya, paling tidak kita telah mengukir pahala dengan niat, kehendak dan usaha kita.
Imam Tirmidzi meriwayatkan hadits,"Dan seorang hamba yang diberikanrizki oleh Allah berupa ilmu tetapi tidak diberi harta. Dengan niatyang tulus dia berkata: Seandainya aku punya harta, aku akan berbuatbanyak seperti yang dilakukan fulan. Maka Allah menyamakan pahala keduanya."
Terpukau dengan kemampuan orang yang mampu mendidik dirinya hinggamenjadi ilmuwan dan dermawan, adalah sisi lain rasa keterpukauan yangpositif. Dari sana, sebuah kekuatan akan mengalir terus, memberi kitatenaga untuk terus berlomba dalam kebajikan.
(Tarbawi, edisi 55 Th. 4, Muharram 1424)

Permainan Ibu Guru

Ibu Guru berjilbab rapi tampak bersemangat di depan kelas sedang mendidik murid-muridnya dalam pendidikan Syari'at Islam. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Ibu Guru berkata, "Saya punya permainan. Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah "Kapur!", jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah "Penghapus!" Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Ibu Guru mengangkat silih berganti antara tangan kanan dan tangan kirinya, kian lama kian cepat.Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah "Penghapus!", jika saya angkat penghapus, maka katakanlah "Kapur!". Dan permainan diulang kembali. Maka pada mulanya murid-murid itu keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk. Selang beberapa saat, permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya."Anak-anak, begitulah ummat Islam. Sebermula kalian jelas dapat membedakanyang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Namun kemudian, musuh musuh ummat Islam berupaya melalui berbagai cara, untuk menukarkan yang haq itu menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kalian menerima hal tersebut, tetapi karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika.""Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, sex sebelum nikah menjadi suatu hiburan dan trend, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup, korupsi menjadi kebanggaan dan lain lain. Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari, kalian sedikit demi sedikit menerimanya.Paham?" tanya Guru kepada murid-muridnya. "Paham Bu Guru""Baik permainan kedua," Ibu Guru melanjutkan. "Bu Guru ada Qur'an, Bu Guruakan meletakkannya di tengah karpet. Quran itu "dijaga" sekelilingnya oleh ummat yang dimisalkan karpet. Sekarang anak-anak berdiri di luar karpet.Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada di tengah dan ditukar dengan buku lain, tanpa memijak karpet?" Murid-muridnya berpikir. Ada yang mencoba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain,tetapi tak ada yang berhasil.Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur'an ditukarnya dengan buku filsafat materialisme. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet. "Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijak kalian dengan terang-terangan. Karena tentu kalian akan menolaknya mentah mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tetapi mereka akan menggulung kalian perlahan-lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar. Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina pundasi yang kuat. Begitulah ummat Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau pundasinya dahulu. Lebih mudah hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dahulu, kursi dipindahkan dahulu, lemari dikeluarkan dahulu satu persatu,baru rumah dihancurkan...""Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kalian. Mereka tidak akan menghantam terang-terangan, tetapi ia akan perlahan-lahan meletihkan kalian. Mulai dari perangai, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun kalian itu Muslim, tetapi kalian telah meninggalkan Syari'at Islam sedikit demi sedikit. Dan itulah yang mereka inginkan.""Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Bu Guru?"tanya mereka. Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tetapi sekarang tidak lagi.Begitulah ummat Islam. Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya hancur. Tetapi kalau diserang serentak terang-terangan,baru mereka akan sadar, lalu mereka bangkit serentak. Selesailah pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdo'a dahulu sebelum pulang..."Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempatbelajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya.
Ini semua adalah fenomena Ghazwu lFikri (perang pemikiran). Dan inilahyang dijalankan oleh musuh musuh Islam.
Allah berfirman yang artinya:"Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, sedang Allah tidak mau selain menyempurnakan cahayaNya, sekalipun orang-orang kafir itu benci akan hal itu" (9:32).
Musuh-musuh Islam berupaya dengan kata-kata yang membius ummat Islam untuk merusak aqidah ummat umumnya, terkhusus generasi muda Muslim. Kata-kata membius itu disuntikkan sedikit demi sedikit melalui mas media, grafika dan elektronika, tulisan-tulisan dan talk show, hingga tak terasa. Maka tampak dari luar masih Muslim, padahal internal dalam jiwa ummat,terkhusus generasi muda sesungguhnya sudah ibarat poteng (tapai singkong,peuyeum). Maka rasakan dan pikirkanlah itu dan ingatlah bahwa dunia ini hanya persinggahan sementara, ingatlah akan Yawmu dDiyn, Hari Pengadilan.WaLlahu a'lamu bishshawab

Pengantin Yang Sederhana

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Ketika Nabi Muhammad menikahkan Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib, beliau mengundang Abu Bakar, Umar, dan Usamah untuk membawakan "persiapan" Fatimah. Mereka bertanya-tanya, apa gerangan yang dipersiapkan Rasulullah untuk putri kinasih dan keponakan tersayangnya itu? Ternyata bekalnya cuma penggilingan gandum, kulit binatang yang disamak,kendi, dan sebuah piring.Mengetahui hal itu, Abu Bakar menangis. "Ya Rasulullah. Inikah persiapan untuk Fatimah?" tanya Abu Bakar terguguk. Nabi Muhammad pun menenangkannya, "Wahai Abu Bakar. Ini sudah cukup bagi orang yang berada di dunia."Fatimah, sang pengantin itu, kemudian keluar rumah dengan memakai pakaian yang cukup bagus, tapi ada 12 tambalannya. Tak ada perhiasan,apalagi pernik-pernik mahal.Setelah menikah, Fatimah senantiasa menggiling gandum dengan tangannya, membaca Alquran dengan lidahnya, menafsirkan kitab suci dengan hatinya, dan menangis dengan matanya.Itulah sebagian kemuliaaan dari Fatimah. Ada ribuan atau jutaan Fatimah yang telah menunjukkan kemuliaan akhlaknya. Dari mereka kelak lahir ulama-ulama ulung yang menjadi guru dan rujukan seluruh imam, termasuk Imam Maliki, Hanafi, Syafi'i, dan Hambali.Bagaimana gadis sekarang? Mereka, memang tak lagi menggiling gandum, tapi menekan tuts-tuts komputer. Tapi bagaimana lidah, hati, dan matanya? Bulan lalu, ada seorang gadis di Bekasi, yang nyaris mati karena bunuh diri. Rupanya ia minta dinikahkan dengan pujaan hatinya dengan pesta meriah. Karena ayahnya tak mau, dia pun nekat bunuh diri dengan minum Baygon. Untung jiwanya terselamatkan. Seandainya saja tak terselamatkan, naudzubillah min dzalik! Allah mengharamkan surga untuk orang yang mati bunuh diri.Si gadis tadi rupanya menjadikan kemewahan pernikahannya sebagai sebuah prinsip hidup yang tak bisa dilanggar. Sayang, gadis malang itu mungkin belum menghayati cara Rasulullah menikahkan putrinya. Pesta pernikahan putri Rasulullah itu menggambarkan kepada kita, betapa kesederhanaan telah menjadi "darah daging" kehidupan Nabi yang mulia. Bahkan ketika "pesta pernikahan" putrinya, yang selayaknya diadakan dengan meriah, Muhammad tetap menunjukkan kesederhanaan.Bagi Rasulullah, membuat pesta besar untuk pernikahan putrinya bukanlah hal sulit. Tapi, sebagai manusia agung yang suci, "kemegahan" pesta pernikahan putrinya, bukan ditunjukkan oleh hal-hal yang bersifat duniawi. Rasul justru menunjukkan "kemegahan" kesederhanaan dan "kemegahan" sifat qanaah, yang merupakan kekayaan hakiki. Rasululllah bersabda, "Kekayaan yang sejati adalah kekayaan iman, yang tecermin dalam sifat qanaah".Iman, kesederhanaan, dan qanaah adalah suatu yang tak bisa dipisahkan. Seorang beriman, tecermin dari kesederhanaan hidupnya dan kesederhanaan itu tecermin dari sifatnya yang qanaah. Qanaah adalah sebuah sikap yang menerima ketentuan Allah dengan sabar; dan menarik diri dari kecintaan pada dunia. Rasulullah bersabda, "Qanaah adalah harta yang tak akan hilang dan tabungan yang tak akan lenyap."Wallahu 'alam bish-shawab." bagaimanna dengan kita yang mengaku pewaris risalah para nabi...? sudahkah kita menpersiapkan kondisi dan mengkondisikan bi'ah kita...? diri sendiri, keluarga, teman, saudara, dan siapapun...! atau kita masih ber "Gpp... sih klo memang mampu...!" :( kita kembali pada diri sendiri...!